Sabtu, 31 Desember 2011

Tentang Ibu

Tidak banyak hal yang dapat kutuliskan tentang ibu. Terlalu mudah mendeskripsikan betapa besar jasa ibu dalam kehidupanku. Mungkin tak akan habis menjadi perbincangan betapa luar biasanya ibuku. Dia selalu menjaga, menemani, merasakan, semua hal yang terjadi dalam hidupku. Ini bukan tentang campur tangan ibu, tapi ibu memang selalu ada di saat kita butuh ataupun tidak membutuhkannya. Aku ingat ketika aku bingung harus memilih suatu pilihan, ibu selalu mendampingi dan memberikan pandangannya. Mungkin aku tak paham dengan apa yang ia bicarakan dulu, tapi kini aku mengerti bahwa dia adalah pelitaku.
Ibu, bagiku ia adalah seorang penyanyi profesional. Kenapa? Karena di saat aku menangis, ibu selalu melantunkan ayat-ayat-Nya, bersenandung ria untuk menghiburku.
Ibu, bagiku ia adalah seorang guru teladan. Kenapa? Ketika aku bingung dengan masalahku, ada ibu yang selalu mengajarkanku untuk tetap tegar menghadapi hidup.
Ibu, bagiku ia adalah superhero. Kenapa? Ketika ada orang yang mengusikku, ia selalu hadir dan melindungiku.
Ibu, bagiku ia adalah sahabat setia. Kenapa? Ketika aku merasa kesepian, tiada siapapun yang mengerti keadaanku saat ini, pasti ada ibu yang selalu menemani dan mengajakku bercanda hingga aku tertawa karenanya.
Ibu, bagiku ia adalah segalanya. Kenapa? Ketika aku merasa tidak ada lagi yang mempedulikanku dan tidak ada satupun yang bisa kuharapkan, hanya ibu yang masih tetap setia di sampingku sampai kapanpun tanpa kuminta.
Ibu, bagiku ia begitu berharga. Kenapa? Karena tanpanya, aku tak tau akan menjadi seperti apa.
Ibu, bagiku ia mulia. Kenapa? Karena pengorbanan dan ketulusan cintanya tak terhingga sepanjang masa.
“Kasih ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa. Hanya memberi tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia.”
Pernah aku membuatnya kecewa, tapi ia tak pernah mengungkit masa lalu.
Pernah aku membuatnya sedih, tapi hati ibu terlalu lapang untuk kusakiti.
Pernah aku membuatnya marah, tapi marahnya adalah bentuk kasih sayangnya padaku.
Mungkin aku terlalu sering menyakitinya, tapi ketulusan cintanya malah menjadi teramat sering ia curahkan untukku, hingga aku merasa tak ada daya lagi untuk membuatnya menangis.
Ibu, maafkan anakmu yang selalu membuatmu sedih. Tapi kini aku sedang berusaha menjadi anak yang bisa membuat bangga dengan hadirku di sini.
Ibu, I do love you...

^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar