Senin, 22 Desember 2014

Dia

Ketika kuingin terang, dia beriku cahaya dalam gelapku.
Ketika kuingin damai, dia beriku tenang dalam risauku.
Ketika kuingin kasih, dia beriku cinta dalam rinduku.

Tanpa dia, dunia hanya gulita.
Tanpa dia, hati takkan merasa.
Tanpa dia, hidup seakan tak bernyawa.
Tanpa dia, semua tak berdaya.

Dia...
Dia hanyalah manusia dengan ketidaksempurnaannya.
Namun bagiku, dia adalah insan paling sempurna.
Dia ajariku cinta.
Dia kenaliku kasih sayang.
Dia tahuiku dunia.
Dan dia kusebut "Mama".

Selamat Hari Ibu.
Untukmu yang terkasih, Mama.

"Kasih ibu kepada beta tak terhingga sepanjang masa. Hanya memberi, tak harap kembali. Bagai sang surya menyinari dunia."

Rabu, 10 Desember 2014

Sepotong Bulan untuk Berdua

Malam ini
Saat dikau menatap bulan
Yakinlah kita melihat bulan yang sama
Mensyukuri banyak hal
Berterima kasih atas segalanya
Terutama atas kesempatan untuk saling mengenal
Esok pagi semoga semuanya dimudahkan.

Malam ini
Saat dikau menatap bulan
Yakinlah kita menatap bulan yang satu
Percaya akan kekuatan janji-janji masa depan
Keindahan hidup sederhana, berbagi, dan bekerja keras
Mencintai sekitar dengan tulus dan apa adanya.

Malam ini
Saat dikau menatap bulan
Yakinlah kita menatap bulan yang itu
Semoga Yang Maha Memiliki Langit memberikan kesempatan
Suatu saat nanti
Kita menatap bulan
Dari satu bingkai jendela.

Sajak Kehidupan #2

Dan ketika kehidupan tak lagi miliki warna,
Hati tak lagi merasa,
Otak tak lagi berpikir,
Dan lisan tak lagi bicara,
Lalu, mau bagaimana lagi?

Perasaan yang telah terpendam sekian lamanya,
Amarah yang tersimpan dalam luka terdalam,
Senyuman yang tak lagi semanis dulu,
Mata yang tak memberi binar cahaya kehidupan,
Telinga yang serta merta acuh dengan krisan,
Lalu, mau bagaimana lagi?

Proses panjang, perjalanan kehidupan, seperti menjadi misteri yang tak berkesudahan.
Masa depan seolah memunculkan pertanyaan.
Kaki melangkah seakan menorehkan ragu.

Memang benar, dunia ini fana.
Tak ada satu manusia pun yang dapat dipercaya.
Setiap kata yang keluar dari lisannya hanyalah dusta.

Memang benar, dunia ini adalah panggung sandiwara.
Setiap manusia berkepentingan untuk mencapai kemakmuran dirinya, terlepas dari halal dan haram.
Membuat perhitungan dengan kuasa Tuhan untuk mencari penghidupan yang layak.
Mengukir kesombongan agar dianggap berharga.

Oh, Tuhan, mau bagaimana lagi?
Jika tak ada lagi manusia yang bisa dijadikan tumpuan dunia?
Jika tak satu manusia pun peduli dengan saudaranya.
Jika tak satu pun merangkul kekasihnya.

Oh, Tuhan, lalu, mau bagaimana lagi?

Selasa, 09 Desember 2014

Sajak Kehidupan #1

Sebetulnya, kemanakah arah tujuan dari perjalanan panjang ini?
Waktu demi waktu dihabiskan untuk sesuatu yang sebetulnya tak dimengerti.
Suka, cita, muram, duka, air mata, seolah tak mau habis dimakan masa,
Menjadikan hitam dan putih membias sejuta warna.
Sebetulnya, kemanakah arah tujuan perjalanan panjang ini?
Setiap hela napas, semangat, penat, masalah, solusi, menjadi suatu komponen yang disebut kehidupan.
Sebetulnya, kemanakah arah tujuan perjalanan panjang ini?
Hingga langkah kaki yang telah letih pun tak mampu berhenti di persimpangan.
Mencari-cari jalan keluar, mencari-cari pencerahan atas makna dari sebuah perjalanan.
Jadi, sebetulnya, kemanakan arah tujuan dari perjalanan panjang ini?
Apakah sekedar untuk sebuah kata 'sukses'?
Jadi, sebetulnya, kemanakah arah tujuan dari perjalanan panjang ini?

Rabu, 03 Desember 2014

Benciku Bukan Karena


Aku membenci bukan karena aku tak suka
Aku membenci bukan karena aku benci
Aku membenci karena tak mampuku
Aku membenci karena dia tak peduli


Mungkin kehidupan di luar sana lebih kejam dari ini
Mungkin dunia bebas memihak siapa saja yang dikehendaki
Mungkin kejujuran tak lagi berguna, kemampuan tak lagi bernilai
Hanya masalah seberapa penting diri ini di matanya
Tapi aku di sini memandang kosong tak mau mengerti
Memperhatikan duniaku yang ternyata tak lebih baik


Tak perlu mendung untuk menjadikan hari kelabu
Cukup kau bermain dengan lisanmu, menyunggingkan senyum termanismu,
Maka sekejap dia perhatikanmu

Dan saat itu juga kau telah berhasil menjadikan hari kelabu melengkapiku

Aku membenci bukan karena aku tak suka
Aku membenci bukan karena aku benci
Aku membenci karena tak mampuku
Aku membenci karena dia tak peduli


Selasa, 02 Desember 2014

Bagaimana Jika Tetiba

Kawan, mungkin di antara kita pernah bertanya,
“Bagaimana jika tetiba aku merindukannya?”
“Bagaimana jika tetiba aku berharap segera menemukannya?”
“Bagaimana jika tetiba dia datang, sedang aku tak bersiap?”
“Lalu, kapan waktu itu akan datang tepatnya?”

Dari sekian banyak ujian, ini adalah salah satu yang terberat dari yang terberat.
Dari sekian banyak masalah, ini adalah salah satu yang terumit dari yang terumit.
Terburu takkan menjadikan ini lebih baik, bahkan mungkin sebaliknya.
Tuhan telah sediakan. Tuhan sedang persiapkan.
Sabar menunggu akan lebih baik, sementara kita mempersiapkan diri.
Persiapan ini akan menjadi lebih matang jika kita tak berburu.
Selamat menunggu.

Sungguh janji Tuhan itu adalah benar.
"Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji (pula). Sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk perempuan yang baik (pula)" (QS.24;26).