Senin, 22 Desember 2014

Dia

Ketika kuingin terang, dia beriku cahaya dalam gelapku.
Ketika kuingin damai, dia beriku tenang dalam risauku.
Ketika kuingin kasih, dia beriku cinta dalam rinduku.

Tanpa dia, dunia hanya gulita.
Tanpa dia, hati takkan merasa.
Tanpa dia, hidup seakan tak bernyawa.
Tanpa dia, semua tak berdaya.

Dia...
Dia hanyalah manusia dengan ketidaksempurnaannya.
Namun bagiku, dia adalah insan paling sempurna.
Dia ajariku cinta.
Dia kenaliku kasih sayang.
Dia tahuiku dunia.
Dan dia kusebut "Mama".

Selamat Hari Ibu.
Untukmu yang terkasih, Mama.

"Kasih ibu kepada beta tak terhingga sepanjang masa. Hanya memberi, tak harap kembali. Bagai sang surya menyinari dunia."

Rabu, 10 Desember 2014

Sepotong Bulan untuk Berdua

Malam ini
Saat dikau menatap bulan
Yakinlah kita melihat bulan yang sama
Mensyukuri banyak hal
Berterima kasih atas segalanya
Terutama atas kesempatan untuk saling mengenal
Esok pagi semoga semuanya dimudahkan.

Malam ini
Saat dikau menatap bulan
Yakinlah kita menatap bulan yang satu
Percaya akan kekuatan janji-janji masa depan
Keindahan hidup sederhana, berbagi, dan bekerja keras
Mencintai sekitar dengan tulus dan apa adanya.

Malam ini
Saat dikau menatap bulan
Yakinlah kita menatap bulan yang itu
Semoga Yang Maha Memiliki Langit memberikan kesempatan
Suatu saat nanti
Kita menatap bulan
Dari satu bingkai jendela.

Sajak Kehidupan #2

Dan ketika kehidupan tak lagi miliki warna,
Hati tak lagi merasa,
Otak tak lagi berpikir,
Dan lisan tak lagi bicara,
Lalu, mau bagaimana lagi?

Perasaan yang telah terpendam sekian lamanya,
Amarah yang tersimpan dalam luka terdalam,
Senyuman yang tak lagi semanis dulu,
Mata yang tak memberi binar cahaya kehidupan,
Telinga yang serta merta acuh dengan krisan,
Lalu, mau bagaimana lagi?

Proses panjang, perjalanan kehidupan, seperti menjadi misteri yang tak berkesudahan.
Masa depan seolah memunculkan pertanyaan.
Kaki melangkah seakan menorehkan ragu.

Memang benar, dunia ini fana.
Tak ada satu manusia pun yang dapat dipercaya.
Setiap kata yang keluar dari lisannya hanyalah dusta.

Memang benar, dunia ini adalah panggung sandiwara.
Setiap manusia berkepentingan untuk mencapai kemakmuran dirinya, terlepas dari halal dan haram.
Membuat perhitungan dengan kuasa Tuhan untuk mencari penghidupan yang layak.
Mengukir kesombongan agar dianggap berharga.

Oh, Tuhan, mau bagaimana lagi?
Jika tak ada lagi manusia yang bisa dijadikan tumpuan dunia?
Jika tak satu manusia pun peduli dengan saudaranya.
Jika tak satu pun merangkul kekasihnya.

Oh, Tuhan, lalu, mau bagaimana lagi?

Selasa, 09 Desember 2014

Sajak Kehidupan #1

Sebetulnya, kemanakah arah tujuan dari perjalanan panjang ini?
Waktu demi waktu dihabiskan untuk sesuatu yang sebetulnya tak dimengerti.
Suka, cita, muram, duka, air mata, seolah tak mau habis dimakan masa,
Menjadikan hitam dan putih membias sejuta warna.
Sebetulnya, kemanakah arah tujuan perjalanan panjang ini?
Setiap hela napas, semangat, penat, masalah, solusi, menjadi suatu komponen yang disebut kehidupan.
Sebetulnya, kemanakah arah tujuan perjalanan panjang ini?
Hingga langkah kaki yang telah letih pun tak mampu berhenti di persimpangan.
Mencari-cari jalan keluar, mencari-cari pencerahan atas makna dari sebuah perjalanan.
Jadi, sebetulnya, kemanakan arah tujuan dari perjalanan panjang ini?
Apakah sekedar untuk sebuah kata 'sukses'?
Jadi, sebetulnya, kemanakah arah tujuan dari perjalanan panjang ini?

Rabu, 03 Desember 2014

Benciku Bukan Karena


Aku membenci bukan karena aku tak suka
Aku membenci bukan karena aku benci
Aku membenci karena tak mampuku
Aku membenci karena dia tak peduli


Mungkin kehidupan di luar sana lebih kejam dari ini
Mungkin dunia bebas memihak siapa saja yang dikehendaki
Mungkin kejujuran tak lagi berguna, kemampuan tak lagi bernilai
Hanya masalah seberapa penting diri ini di matanya
Tapi aku di sini memandang kosong tak mau mengerti
Memperhatikan duniaku yang ternyata tak lebih baik


Tak perlu mendung untuk menjadikan hari kelabu
Cukup kau bermain dengan lisanmu, menyunggingkan senyum termanismu,
Maka sekejap dia perhatikanmu

Dan saat itu juga kau telah berhasil menjadikan hari kelabu melengkapiku

Aku membenci bukan karena aku tak suka
Aku membenci bukan karena aku benci
Aku membenci karena tak mampuku
Aku membenci karena dia tak peduli


Selasa, 02 Desember 2014

Bagaimana Jika Tetiba

Kawan, mungkin di antara kita pernah bertanya,
“Bagaimana jika tetiba aku merindukannya?”
“Bagaimana jika tetiba aku berharap segera menemukannya?”
“Bagaimana jika tetiba dia datang, sedang aku tak bersiap?”
“Lalu, kapan waktu itu akan datang tepatnya?”

Dari sekian banyak ujian, ini adalah salah satu yang terberat dari yang terberat.
Dari sekian banyak masalah, ini adalah salah satu yang terumit dari yang terumit.
Terburu takkan menjadikan ini lebih baik, bahkan mungkin sebaliknya.
Tuhan telah sediakan. Tuhan sedang persiapkan.
Sabar menunggu akan lebih baik, sementara kita mempersiapkan diri.
Persiapan ini akan menjadi lebih matang jika kita tak berburu.
Selamat menunggu.

Sungguh janji Tuhan itu adalah benar.
"Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji (pula). Sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk perempuan yang baik (pula)" (QS.24;26).

Minggu, 23 November 2014

Pernikahan

Pernikahan adalah suatu proses penyatuan, tidak hanya antara seorang laki-laki dan seorang perempuan, tetapi juga antara keluarga kedua belah pihak (baca: keluarga pihak laki-laki dan keluarga pihak perempuan).

Pernikahan adalah suatu awal membina hubungan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan dengan lebih serius, menjalani bahtera rumah tangga, membangun keluarga, memiliki keturunan, dan menyelesaikan akhir kehidupan berdua.

Namun, apakah pernikahan sesederhana itu?

Tidak demikian.

Pernikahan itu harus punya visi. Seorang laki-laki dan seorang perempuan yang hendak menikah sebaiknya memiliki visi yang satu. Kita, sebagai seorang muslim, tentunya harus memiliki visi yaitu menegakkan agama Allah, menjadi hamba Allah yang semakin taat, yang senantiasa menjalankan syariat, dan lebih dekat dengan Allah tentu saja. Jika salah satu atau keduanya tidak punya dasar yang sama untuk mewujudkan visi tersebut, lantas bagaimana keluarga itu dapat hidup? Kemana bahtera itu dapat melaju? Amat disayangkan jika pernikahan hanya didasarkan pada emosi, hasrat, kebahagiaan dunia, sekedar melaksanakan kewajiban sebagai suami atau sebagai istri, menafkahi lahir dan batin, tanpa memikirkan kebahagiaan akhirat, atau apakah pernikahan sekedar status bahwa kita telah menikah?

Tidak demikian.

Pernikahan adalah salah satu ibadah yang menyempurnakan iman kita, menghindarkan diri dari zina, melaksanakan sunnah Rasul, dan tentu saja dengan ijin Allah. Allah yang menetapkan hati kita. Allah yang memilihkan pasangan terbaik untuk kita. Tidak ada yang sia-sia dari takdir Allah, yaitu agar setiap pasangan dapat saling mengisi, melengkapi kekurangan, dan menyempurnakan kelebihan satu sama lain, dan semata-mata untuk menuju pada-Nya. Bukankah manusia dan jin diciptakan untuk beribadah kepada-Nya? Begitupun setelah menikah, beribadah dilakukan bersama kekasih pilihan Allah. Subhanallah, sungguh indah jika dalam sebuah keluarga dihiasi oleh cahaya-Nya.

Sungguh, menikah bukanlah perkara mudah. Ada tanggung jawab yang teramat besar ketika membinanya. Tentang kemanakah bahteranya akan dibawa. Tentang bagaimana pondasinya. Tentang bentuk keluarga seperti apa yang hendak dibina.

Wallahua’lam bisshowab.

Semoga para akhwat yang belum bertemu kekasihnya, Allah memampukannya dalam memenuhi tanggung jawab, menyiapkannya menjadi sosok istri dan ibu terbaik untuk suami dan anaknya kelak, menyegerakan untuknya jodoh terbaik, yang mencintainya dan mencintai keluarganya karena Allah.

Semoga para ikhwan yang belum bertemu kekasihnya, Allah memampukannya dalam memenuhi tanggung jawab, menyiapkannya menjadi sosok suami dan ayah terbaik untuk istri dan anaknya kelak, menyegerakan jodoh terbaik, yang mencintainya dan mencintai keluarganya karena Allah.

Amin.

Minggu, 28 September 2014

Surat untuk Seorang Kawan

Teruntuk seorang kawan lawasku, dengan cita dan cinta yang tak berbatas...

Hai, kawanku yang di ujung sana. Bagaimana kabarmu? Semoga kau beserta keluarga selalu dalam Lindungan Tuhan. Mungkin terbersit sebuah tanya darimu, apalah kiranya yang membuatku menulis surat ini. Entahlah, tetiba saja aku teringat akanmu. Mungkin ada sedikit rasa rindu karena telah lama tak bersua. Maka kuputuskan menulis surat ini untuk sekedar menyapa sekaligus mengenang semua tentang kita.

Lagu ini mengiringi permulaan tulisanku, mengenang setiap perjalanan kita sejak kali pertama hingga akhirnya memilih jalan masing-masing. 

Menatap lembayung di langit Bali | dan kusadari betapa berharga kenanganmu | di kala jiwaku tak terbatas | bebas berandai memulang waktu | Hingga masih bisa kuraih dirimu | sosok yang mengisi kehampaan kalbuku | bilakah diriku berucap maaf | masa yang telah kuingkari dan meninggalkanmu | oh, cinta... | Teman yang terhanyut arus waktu | mekar mendewasa| masih kusimpan suara tawa kita | kembalilah sahabat lawasku | semarakkan keheningan kalbu | Hingga masih bisa kurangkul kalian | sosok yang mengaliri cawan hidupku | bilakah kita menangis bersama | tegar melawan tempaan| semangatmu itu | oh, jingga... 

Kuingat masa ketika kutau kau pernah miliki mimpi yang sama. Saat itu kita memulainya dari titik awal yang sama. Titik nol. Namun semuanya berubah. Di persimpangan kita berpisah karena suatu pertimbangan. Kau memutuskan untuk beralih dan berjalan sendiri. Perjalanan kita lewati berbeda dengan rentang masa yang tak sama. Setelah sekian lama berpetualang, kau kembali dengan membawa harapan baru. Kini kau dapat berdiri tegak dan siap meraup hasil kerja kerasmu selama ini. Sementara aku masih di jalan yang sama dari titik nol yang semula kau pun di sana. Aku masih perlu menunggu, menikmati waktu dalam perjalanan panjang, entah sampai kapan. Hanya saja aku tahui bahwa tujuanku tak sekedar memenuhi kata mapan, melainkan memenuhi hasrat, sebuah kesuksesan yang bakal kudapatkan dengan membuat banyak orang tersenyum karenaku. Aku percaya bahwa setiap perjalanan tak lepas dari kemampuan masing-masing kita yang dianugerahi Tuhan pastinya. Bukan berarti tak mampu. Hanya saja, mimpi kita yang mungkin berbeda, atau mungkin definisi tentang kesuksesanlah yang membuatnya tak sama... 

Pergilah kasih, kejarlah keinginanmu selagi masih ada waktu | Jangan hiraukan diriku |Aku rela berpisah demi untuk dirimu | Semoga tercapai segala keinginanmu... 

...
Setelah sekian lama, kusadari ada yang tak biasa. Kau tampak berbeda. Kita memang tak pernah bertemu setelah kejadian itu, tetapi media sosial tak pernah habis berbicara tentangmu. Maklum saja, kau adalah salah satu dari yang terpopuler. Atau mungkin memang waktu telah menjadikanmu berubah? Terkadang aku kesal mendengar apapun tentangmu, namun kadang ada rindu yang diam-diam mengumpat dari relung hati. Bagaimana denganmu? Aku tak terlalu percaya diri untuk mengatakan ini, tapi.. adakah sedikit rasa rindu itu yang tersemat dalam hatimu untukku? 

Tak kumengerti mengapa begini | waktu dulu ku tak pernah merindu | tapi saat semuanya berubah | kau jauh dariku pergi tinggalkanku | Mungkin memang kucinta | mungkin memang kusesali | tak hiraukan rasamu dulu | Aku hanya ingkari kata hatiku saja | tapi mengapa cinta datang terlambat...

Hah, sudahlah. Kuakhiri saja tulisan ini karena takkan habis jika kutuliskan semua tentang kita. Hanya saja, aku khawatir ini akan menjadi rayuan gombal yang mungkin bisa membuatmu penat.:)

Sampai jumpa, kawan lawasku. Sampai bertemu pada momen terindah yang telah Tuhan rancangkan untuk kita.

Akhir kata, tetaplah menjadi sosok yang bersahaja seperti dulu kau kukenal. Bagaimanapun denganmu saat ini, bagiku, kau adalah dirimu yang dulu, sekarang, dan nanti...

Salam.
Dari seseorang yang terlewatkan.

... 
Dia memang orang biasa.
Tapi pekerjaannya sungguh mulia.
Baru kusadar betapa indah senyum yang dia punya.
Tatapannya tajam tepat mengena lubuk jiwa.
Untuk terakhir kalinya, dalam masa sulit, wajahnya cerah mampu mengobati luka.
Pun untuk terakhir kalinya, dia berikan senyuman itu dan tatapannya memancarkan auranya yang bersahaja.
Dan aku mengaguminya.
Biar kukenang sejenak masa itu karena mungkin esok tak lagi sama.
Biar kuulangi reka pertemuan dengannya hingga hari ini.
Biarkan ku tetiba tersenyum sendiri saat tak ada apapun terjadi.
Abaikan saja, karena bisa jadi aku sedang mencoba menyimpan wajahnya dalam-dalam.
Tak ada yang salah.
Tak ada yang tak benar.
Di mataku semua tergambar indah.
Dan aku mengaguminya.

#Komunitas_Bisa_Menulis
#Event_GDW6_Romantis
#Tema_Surat_Cinta_Romantis 
 

Jumat, 26 September 2014

Unidentified...

Biarkanku mengagumimu dari jauh
Biarkanku melihatmu walaupun hanya bayanganmu
Karena tak sepantasnya bagiku menunjukkan secara nyata
Karena tak sewajarnya bagiku mengambil perhatianmu
Agar tak ada lagi rasa yang salah
Biarkan begini saja

Kuingat saat kali pertama melihatnya, ada rasa yang tak biasa. Kuingin rasa yang beda. Kuingin miliki cerita yang tak sama. Dan inilah kisahku, tentang seseorang yang entah sejak kapan kumengaguminya.

Dalam malam kulantunkan doa untuknya, menulis sesuatu tentangnya, atau sekedar menuliskan ratusan namanya di buku harian, sebagai kenangan, bahwa aku pernah miliki rasa untuknya.

Kumulai hari dengan menyambutnya dari kejauhan, memastikan dia hadir bersama indahnya pagi hingga menjelang jingga senja. Hari demi hari berlalu. Saatnya mengucap salam perpisahan. Dia dengan citanya. Aku dengan citaku. Namun, jika Tuhan ijinkan, adakah kesempatanku untuk kembali melihatnya? Benar saja. Tuhan masih biarkanku menemani hari-harinya meski dari kejauhan. Kami saling mengenal, tapi tak saling bicara. Mungkin boleh dikatakan inilah perjalanan cintaku. Tapi apa yang menjadikannya istimewa jika tak pernah ada cerita antara kami? Mungkin kau akan bertanya hubungan apa ini. Aku pun tak tahu.

Kuingat ketika dia mainkan musik kesayangannya. Debut yang sukses menarik perhatian semua orang, pun aku. Karenanya kumainkan musik yang sama. Setiap nada menyimpan kenangan tentangnya. Lama kumerasa, hingga sadari bahwa tak sekedar mengaguminya. Pergi menjauh adalah pilihan. Dan setelah sekian lama, dia kembali dengan kisahnya.

Kadang terselip ungkapan rindu akan kenangan itu. Kuanggap sebagai bagian dari perjalanan panjang. Mungkin kau menganggap ini tak wajar, namun rasa yang kupunya untuknya belum pudar. Masih sama. Hanya keadaan yang membuat beda. Kupalingkan wajah, tak lagi mampu melihatnya. Tak lagi mencari celah untuk menemani hari-harinya meski dari kejauhan. Pun tak lagi menjadi topik dalam buku harian. Hanya, biarkan rasa ini saja yang tak berubah.

Lagu rindu ini kuciptakan | Hanya untuk bidadari hatiku tercinta | Walau hanya nada sederhana | Ijinkan kuungkap segenap rasa dan kerinduan

#KomunitasBisaMenulis
#Subtema_CintaTerpendam_atau_KasihTakSampai
#Event_Romantis 

Kamis, 25 September 2014

Biar Bersinar

Setiap orang punya kekurangan dan kelebihan.
Setiap orang punya visi dan misi yang beda.
Meskipun terlihat sama, pasti masing-masing ada celanya.
Ketika musim berganti, maka saat itu kau harus bersiap dengan perubahan.
Ketika musim berganti, maka setiap sisi kehidupan pun akan berubah.
Entah dia menjadi menguntungkanmu, atau malah merugikanmu. Akan menyelamatkanmu, atau malah menjerumuskanmu.
Ketika musim berganti, maka jangan heran jika perlakuan dunia terhadapmu tak lagi sama.
Entah dia akan membantumu, atau malah memanfaatkanmu untuk kepentingannya sendiri. Akan menguatkanmu, atau malah meninggalkanmu seakan tak mau tahu.
Begitulah salah satu sisi dari kehidupan. Selalu akan ada yang naik dan ada yang turun. Ada yang maju dan ada yang mundur.
Seandainya setiap orang punya rasa yang sama di atas beda, mungkin takkan pernah ada orang yang merasa direndahkan atau diremehkan.
Seandainya setiap orang punya rasa yang sama di atas kepentingan, mungkin takkan pernah ada orang yang merasa dikecewakan.
Seandainya setiap orang punya hati yang sama, mungkin mereka akan berjalan beriringan, saling bergandengan, mengulurkan tangan.
Dan seandainya...

Mungkin jika engkau mau melupakan perbedaan| mencoba tuk menerima semua yang telah digariskan| jangan berhenti di persimpangan jalan| banyak yang dapat kau lakukan, kawan.
Mungkin jika kita mau sejenak tuk dengarkan| apa yang telah selama ini mereka percoba teriakkan| jangan ragu untuk sekedar ulurkan tangan| semoga dapat ringankan sedikit beban.
Dan biarkan tetap bersinar di hatimu| cahayanya walaupun redup|senantiasa menghangatkan| menjaga agar tetap terang di hatimu| menuntun kemana arah yang akan kau tuju (the rain-biar bersinar).

Meskipun tak lagi sama, dunia yang takkan lagi dirasa sama, biarkan tetap menjadi berbeda.
Dunia yang dulu, kini menjadi asing, biarkan saja.
Dunia yang dulu dirindukan, kini nyaris terlupakan, biarkan saja.
Toh, dunia ini memang akan selalu berubah seiring berlalunya waktu, bergantinya musim. Maka, biarkan saja ia berlalu.
Dan bagimu yang mungkin menjadi salah satu yang direndahkan, diremehkan, dikecewakan, atau bahkan terlupakan, biarkan saja. Ini hanyalah masalah waktu. Tak selamanya duniaberpaling darimu. Akan ada saat dunia akan berpihak padamu. Bersabarlah. Itu saja.
Dan bagimu yang mungkin menjadi salah satu yang berkuasa, punya segalanya, berkemampuan, merasa paling kuat dan hebat, terpandang, atau bahkan punya banyak tangan kanan, biarkan saja. Tapi berbesar hatilah, perhatikan sekitarmu bahwa engkau takkan begini tanpa adanya mereka yang berada di bawah levelmu. Perhatikan sekitarmu bahwa bisa jadi ada di antara mereka yang menangis karenamu. Rendahkanlah hatimu karena takkan selamanya dunia berpihak padamu. Akan ada saatnya kau merasakan posisi sebaliknya. Saling menguatkan dan mendukung satu sama lain adalah lebih baik bagimu. Berbagilah sebanyak yang kau mampu dan kau akan mengerti bahwa hidup tak selamanya sendiri.

Senin, 01 September 2014

Doa

Ujian hidup yang kualami membuatku banyak belajar dan memahami bahwa sesungguhnya segala sesuatu yang terjadi adalah Kehendak Tuhan, Sang Maha Mengatur Kehidupan. Bahwa sesungguhnya seluruh kekuatan yang ada di dunia ini adalah berasal dari Kekuatan-Nya. Seluruh kekuasaan di dunia adalah Kekuasaan-Nya.

Aku hanyalah seorang manusia, yang lemah, yang tak henti membutuhkan Pertolongan-Nya. Akan menjadi sombong diri ini jika tak lagi meminta pada Sang Maha Kaya. Akan menjadi hina diri ini jika tak lagi memohon pada Sang Maha Kasih.

Bismillahirrohmaanirrohiim...

Yaa Tuhan, aku mengerti bahwa hidup ini tak selalu berjalan mudah, namun tak selamanya hidup adalah sukar, jika Kau Menghendaki. Aku mengerti bahwa tak ada satu pun yang takkan Kau Kabulkan, entah sekarang, esok, atau beberapa tahun mendatang.

Yaa Tuhan, pada-Mu-lah aku menyembah, pada-Mu-lah aku memohon pertolongan, pada-Mu-lah aku meminta kemudahan, pada-Mu-lah aku memohon perlindungan, pada-Mu-lah aku meminta kekuatan hati, pada-Mu-lah aku memohon kesabaran, pada-Mu-lah aku meminta petunjuk, pada-Mu-lah aku menyerahkan segala urusan, pada-Mu-lah aku serahkan hidup dan mati, dan hanya pada-Mu-lah aku memohon kebaikan atas diri ini.

Yaa Tuhan, sesungguhnya aku lemah dan Engkau Kuat. Sesungguhnya aku tak mengerti sedangkan Engkau Mengerti. Sesungguhnya aku tempat salah dan Engkau Maha Benar. Sesungguhnya aku hina dan Engkau Maha Suci. Oleh karena itu, mohon berikan aku seberkas Cahaya-Mu untuk menerangiku, menguatkanku, dan memampukan aku untuk melangkah.

Yaa Tuhan, aku mohon kabulkan permohonan ini. Kabulkan permintaan hati ini.

Aamin.

Sabtu, 30 Agustus 2014

Aku

Aku seperti seorang yang sedang berdiri di tengah hiruk-pikuk metropolitan,
berdiri sendirian mencoba menjadi sosok tangguh yang mencari-cari jalan pulang.

Aku seperti berada dalam kebingungan dan kekhawatiran tentang masalah hidup,
dan berdiri sendirian mencari-cari jalan keluar.

Aku seperti satu titik dimana ada banyak garis di sekelilingku,
dan aku harus melebur bersama mereka,
entah bagaimana kutemukan satu garis yang tepat,
atau bagaimana aku menyatukan semua garis itu agar aku tetap hidup.

Aku seperti seorang diri di tengah keramaian mencari kedamaian dan penyelesaian hidup,
berharap ada orang lain yang kan menarikku keluar dari peradaban 
dan membawaku pada satu tujuan, yaitu kebahagiaan.

Aku seperti seorang yang sedang mencari jati diri,
mencari-cari tujuan hidupku sendiri,
melawan masalahku sendiri,
bertarung melawan perasaanku sendiri,
dan berperang dengan kejenuhan dan kebosanan yang hampir selalu menyertai.

Aku seperti seorang yang sedang mencari kawan yang dapat mengusir kesunyian dan kesepian,
serta senantiasa membawa warna dalam hidup agar tak sekedar hitam dan putih.

Aku seperti mencari-cari peruntungan,
berharap akan ada saja kebaikan yang aku dapatkan di setiap perjalanan panjang.

Aku seperti asing,
berjalan mengikuti arus,
terhempas begitu saja,
kemudian mengalir lagi seperti biasa.

Ya, ini aku dan hanya aku.

Sabtu, 02 Agustus 2014

Hidup itu Pilihan, Pilihan itu Perjuangan

Dan ketika orang lain telah memandangmu tak mampu melanjutkan tugas, maka mereka akan menganggapmu telah gagal dalam perjuangan. Padahal mereka tak tahu bagaimana perjalanan itu dimulai dan amat berliku pun berkerikil. Mereka takkan peduli bagaimana proses itu kau lalui. Yang mereka tahu hanyalah bahwa pada akhirnya kau berhasil atau malah jatuh terpuruk. Bersabarlah. Karena ketika kau telah bertekad untuk melanjutkan perjalanan ini, dan nyatanya belum juga dapat kau selesaikan karena suatu hal, biarkan tekadmu tetap di hatimu dan terus melangkah, tetap istiqomah dengan pilihan itu karena bisa jadi saat ini Tuhan sedang mencobamu apakah kau benar-benar telah kembali kepada jalan yang seharusnya kau lalui ini atau sekedar menghibur diri. 

Dan satu hal, bahwa bagaimanapun, orang tua takkan membiarkan anaknya tak berarah. Mereka senantiasa mengulurkan tangan saat kau terjatuh, membantumu bangkit, hingga akhirnya kau mampu berjalan sendiri. Pun mereka takkan menjerumuskanmu pada pilihan yang rumit. Mereka senantiasa mengarahkanmu pada pilihan yang akan membuatmu berhasil. Segala pandangan yang terkadang berbeda biarkan tetap menjadi pembeda. Bersabarlah, karena hanya satu hal, bahwa setiap orang tua memahami apa-apa yang terbaik bagi anaknya.

Semoga Tuhan memudahkan setiap langkah kita menuju puncak perjuangan itu.

Always cheers and keep smiling... :)

 

Kamis, 01 Mei 2014

Sebuah Keyakinan

Kau tau apa yang membuatku masih tetap bertahan di sini?
Kau tau apa yang membuatku masih mampu berdiri tegak di sini?
Kau tau apa yang membuatku masih mau melangkah berjuang dalam perjalanan ini?
Sebuah keyakinan.
Keyakinan bahwa Tuhan memiliki rencana indah untuk setiap hamba-Nya.
Ya, aku meyakini bahwa Tuhan telah menyiapkan kehidupan terbaik untukku kelak.
Entah kapan, tapi aku masih meyakininya.
Meskipun perjalanan yang harus kutempuh terasa begitu panjang dan melelahkan, biarkan saja.
Karena aku masih meyakini Jaminan Tuhan itu pasti.
Pasti aku dapatkan.
Ya, itulah Janji Tuhan.
Mungkin kau akan mengira aku sedikit gila, bahkan setelah banyak hal yang telah terjadi.
Tak apa.
Karena keyakinan itu masih mengakar kuat dalam hati ini.
Mungkin kau berpikir tak mungkin, bahkan setelah banyak hal yang telah terlalui.
Tak apa.
Karena keyakinan itu belum jua goyah.
Mungkin kau tak bisa bayangkan kekuatan apa ini.
Tak apa.
Tak perlu kau mengerti.
Tak perlu kau pahami.
Memang akan sulit dimengerti, karena ini tak terlihat, tak ternilai.
Biarkan saja aku rasakan sendiri.
Karena aku masih meyakini Rencana Tuhan itu.
Masih aku yakini.
Hanya itu segenggam harapan yang kupunya.
Sebuah harapan tentang Janji Tuhan.

Jumat, 25 April 2014

Universitas Kehidupan

Jika semua yang kita kehendaki terus kita miliki, darimana kita belajar ikhlas?
Jika semua yang kita impikan segera terwujud, darimana kita belajar sabar?
Jika setiap doa kita terus dikabulkan, bagaimana kita dapat belajar ikhtiar?

Seseorang yang dekat dengan Tuhan, bukan berarti tidak ada air mata.
Seseorang yang taat pada Tuhan, bukan berarti tidak ada kekurangan.
Seseorang yang tekun berdoa, bukan berarti tidak ada masa sulit.
Biarlah Tuhan yang berdaulat sepenuhnya atas hidup kita, karena Dia tahu yang tepat untuk memberikan yang terbaik.
Ketika kerjamu tidak dihargai, maka saat itu kamu sedang belajar tentang ketulusan.
Ketika usahamu dinilai tidak penting, maka saat itu kamu sedang belajar tentang keikhlasan.
Ketika hatimu terluka sangat dalam, maka saat itu kamu sedang belajar tentang memaafkan.
Ketika kamu merasa lelah dan kecewa, maka saat itu kamu sedang belajar tentang kesungguhan.
Ketika kamu merasa sepi dan sendiri, maka saat itu kamu sedang belajar tentang ketangguhan.
Ketika kamu harus membayar biaya yang sebenarnya tidak perlu kau tanggung, maka saat itu kamu sedang belajar tentang kemurahan hati.
Tetap semangat...
Tetap sabar...
Tetap tersenyum...
Karena kamu sedang menimba ilmu di universitas kehidupan.
Tuhan menaruhmu di 'tempatmu' yang sekarang bukan karena kebetulan.
Orang yang hebat tidak dihasilkan melalui kemudahan, kesenangan, dan kenyamanan.
Mereka dibentuk melalui kesukaran, tantangan, dan air mata.

(Disadur dari buku "Sepatu Dahlan Iskan") 

Periode Introspeksi Diri

Setelah beberapa saat menulis serangkaian kegalauan dengan sekelumit masalahnya, aku mencoba membuat satu titik pencerahan. Untukku, untukmu, untuk kita. Karena satu alasan, bahwa memang di sini dan dengan keadaan seperti inilah kita belajar tentang hidup.

Tak bermaksud membuatmu terhanyut dalam kegalauan yang kualami.
Tak bermaksud melibatkanmu dalam setiap masalah yang kujalani.
Tak bermaksud menenggelamkanmu semakin dalam terhadap kegelisahanmu sendiri tentang masa depan dan sebongkah harapan.

Aku sekedar ingin menyampaikan bahwa, tak hanya dirimu, tetapi juga aku, dia, kita, memiliki perasaan yang sama terhadap hidup.
Aku sekedar ingin menyadarkan bahwa, dirimu tak sendiri yang merasakan perih, tetapi juga aku, dia, kita.
Aku sekedar ingin menunjukkan bahwa, masalah hidup tak hanya padamu, melainkan juga aku, dia, kita.

Tak ada satu pun yang tak pernah merasakan beratnya perjalanan hidup.
Aku, kamu, dia, kita, semua pasti mengalami.
Namun, apakah kita lantas menyerah karena ini?
Namun, apakah hidup kita berakhir karena ini?
Namun, apakah kita akan mati karena ini?
Tidak.
Selalu ada tempat bersandar, selalu ada tempat berbagi, selalu ada tempat mencurahkan isi hati, selalu ada tempat untuk berpasrah diri.
Hanya memang, kita perlu mencari-cari dimanakah itu.
Tuhan telah menjamin kehidupan kita.
Tuhan telah menjanjikan kehidupan terbaik bagi kita.
Tak ada ujian seberat apapun melainkan itu sesuai dengan kemampuan kita.
Tuhan takkan membebani apapun jika kita tak mampu menanggungnya.

Berpikir positif dan cobalah menyelesaikannya meskipun perlu berjalan perlahan.
Dan ketika kau lelah berjalan, berhentilah sejenak, berpikir, dan cobalah untuk memulainya kembali.
Selesaikanlah, meskipun tak selalu menjadi benar adanya.
Tak apa.
Segala hal butuh proses, bukan?
Tak hanya untuk dirimu, melainkan juga untukku, untuk kita.
Setidaknya kita telah mencoba memperbaiki semuanya.
Introspeksi diri, mencoba membuka diri, dan mulai melangkah.

Memang takkan semudah rangkaian kata yang kutuliskan, tapi beginilah salah satu upaya seorang manusia membangkitkan lagi semangat yang sempat fluktuasi dan nyaris pudar.
Ya, beginilah ikhtiar seorang manusia mengajak dirinya dan saudaranya kembali tersenyum.
Ya, beginilah cara seorang manusia mencoba memberi setitik cahaya untuk membangun kembali harapan dan berani menatap masa depan. 
Ya, beginilah aku.

It's all about You and me.

Perjalanan hidup yang takkan pernah tergantikan.
Setiap perjalanan, baik dengan atau tanpa kita sadari, akan memberikan pelajaran berharga tentang arti hidup itu sendiri.
Entah bagaimana mendefinisikannya, setiap orang berhak atas pemikirannya.

Dan satu hal, aku bangga melihat betapa besar perjuanganmu menyelesaikan ujian Tuhan. Tantangan hidup.
Aku bangga melihatmu membuktikan pada dunia bahwa kau mampu menaklukan kekhawatiranmu yang teramat.
Aku bangga melihatmu mampu bertahan dalam terpaan badai kehidupan. Kau tau? Takkan lama lagi itu akan berganti rinai dan segera menampakkan indahnya pelangi yang senantiasa memberikan senyuman hangat di kala hujan. 
Bersyukurlah atas kemampuan yang (tanpa kau sadari) kau miliki. Melewatkan masa sulit, hari-hari menyenangkan, ujian, huru-hara, apapun itu.
Warna-warni yang menghiasi perjalanan hidupmu, aku suka.

Selamat atas keberanianmu.
Selamat atas ketangguhanmu.
Selamat atas kesabaranmu menghadapi dunia.
Berjuanglah, saudaraku, kita sedang naik tingkat!
Percayalah bahwa tak hanya kau sendiri. Ada aku, dia, kita.
Always cheers and keep smiling ^_^


Selasa, 22 April 2014

Periode Galau

Pikiranku mengacau.
Berita buruk.
Pandanganku kosong.
Otakku mendadak beku.
Lidahku kelu.
Ekstrimitas seakan kebas.
Ya, berita buruk.
Bagaimana bisa aku menjelaskan?
Bagaimana ini?
Tak bisa menanggungnya sendiri.
Hidupku seakan digantungkan.
Harapanku apa?
Masa depan yang bagaimana?
Aku tidak tau.

Menghentikan langkah bukan jalan yang tepat.
Berbalik arah hanya akan sia-sia.
Membelok dan beralih pada jalan lain pun takkan mungkin.
Tak ada jalan keluar selain terus maju.
Tapi dengan kondisi semacam ini, apa yang ingin dihasilkan?
Hanya akan ada penyesalan, amarah, dan kebencian.
Aku ingin Pencerahan Tuhan.
Aku ingin Jalan keluar Tuhan.

Perjalanan hidup tak selamanya lurus-lurus saja.
Selalu ada persimpangan dan harus memilih arah tujuan.
Tapi aku di sini, tak memiliki kesempatan memilih.
Aku di persimpangan.
Jalanku telah ada yang menentukan.
Arah tujuanku sudah ada yang memutuskan.
Aku hanya tinggal berjalan mengikuti kemana maunya.

Perjalanan hidup apa ini?
Perjalanan hidup seperti apa?
Aku ingin mengubah rute perjalanan hidup semacam ini.
Aku ingin memilih destinasi perjalanan yang kumau.
Tapi perjalanan hidup yang seperti apa?
Tak bisa lagi kupertimbangkan.

Ini denotasi, bukan konotasi.
Setiap tulisan mengandung kalimat.
Setiap kalimat terangkai oleh kata-kata.
Dan setiap kata dibuat dengan susunan huruf.
Ya, hanya serangkaian kata yang temani perjalanan hidupku.
Seperti langit tua yang tak mendengar, manusia pun tak ada yang mampu memahami.
Hanya rangkaian kata.

Lalu, bagaimana ini?
Aku tak punya pilihan.
Harus bagaimana?
Coba bantu aku mencari jalan keluar.
Bantu aku menemukan pencerahan.
Bagaimana?
Tak jua kutemukan.

Senin, 21 April 2014

Rumit Fluktuasi

Melihat semangat dan kerja keras mereka menjadikan hidupku terkesan teramat rumit dalam pandanganku.
Aku ingin seperti mereka, menikmati setiap langkah, setiap proses hidup, dengan banyak cerita.
Mereka mengekspresikan seluruh hidupnya sehingga terlihat mengagumkan.
Aku ingin hal yang sama tapi tak mampu kulakukan.
Terkadang keterbatasan menjadikan kita istimewa, namun tak jarang pula membatasi kita melakukan hal yang ingin dilakukan.
Apakah hidup hanya sebatas ini?
Aku ingin seperti dalam cerita drama yang selalu berakhir indah setelah problema hidup mengujinya. Tapi nyatanya kehidupan nyata memang tak sesederhana itu.
Kehidupan itu rumit. Tak mudah dimengerti. Ada saja kejutan-Nya yang mungkin akan membuat kita semakin tangguh atau malah terpuruk semakin jauh.

Tak tahu bagaimana harus kukatakan.
Apakah aku harus bertahan? Atau, bagaimana aku bisa bertahan?
Apakah aku perlu bersabar? Atau, bagaimana aku bisa bersabar?
Tak tahu apa yang kulakukan.
Tak tahu apa yang ingin kulakukan.
Tak tahu apa yang harus kulakukan.
Tak tahu bagaimana aku memulai.
Tak tahu bagaimana aku menyelesaikan.
Segala sesuatunya terasa mengambang. Tak tepat di dasar dan tak pula di permukaan.
Bergerak tak berubah, tak bergerak pun tak beda.
Aku masih saja tak pahami alur cerita ini.
Fluktuasi.
 
 

Senin, 17 Maret 2014

Sendiri

Aku tau aku sendiri di sini, tapi tak berarti aku tak mampu menyelesaikan hidup ini sebaik mungkin.
Aku tau aku sendiri di sini, tapi takkan kubiarkan hidup ini menjadi tak berarti.
Mungkin memang takkan ada cerita menarik di sini, tapi kutau aku mampu membuat cerita sendiri di duniaku sendiri.
Mungkin memang takkan ada rasa saat ini, tapi tak ingin kukatakan bahwa takkan ada rasa selamanya.
Aku tau tak banyak orang menyayangiku, mungkin karena tak banyak orang mengenalku.
Tujuan hidupku memang bukan untuk dikenal banyak orang, hanya saja aku ingin menjadi berarti bagi banyak orang.
Sukses. Satu kata yang ingin kuwujudkan, tapi dengan caraku sendiri, bukan karena kehendak mereka atau cita mereka, melainkan dengan asaku, citaku.
Sukses. Terkadang aku geli mendengarnya. Pernah kesal, marah, tersenyum sinis, dan sebagainya. Entah mengapa.
Aku tak ingin ada hati yang salah. Rasa yang tak benar. Aku ingin segalanya berjalan apa adanya tanpa basa-basi tak berisi atau sekedar harapan semu yang berarti sia-sia.
Aku ingin hidupku berjalan sewajarnya. Tak ingin seperti hidup orang lain yang penuh warna dan berhasil menerjang lika-liku hidup bersama orang-orang terkasih. Sudah cukup harapanku untuk bertahan di atas pijakanku sendiri, meski dengan hidup yang hanya dihiasi oleh hitam dan putih, serta jalanan yang terjal.
For me, life is flat. Hidup itu datar. Berarti jika kau membuatnya berarti, dan tak berarti jika kau tak memaknainya.
Datar tak berarti tak bermakna. Datar hanya kiasan. Rintangan selalu ada. Badai selalu menerjang, tapi rinai hujan pun takkan terlewatkan.
Aku tau tak selamanya hidup begitu-begitu saja.
Setiap manusia pun mengerti bahwa hidup tak bisa selamanya sendiri. Tapi kenyataannya kini aku masih sendiri.
Mungkin tak kusadari bahwa banyak orang yang besertaku.
Mungkin hanya tak kupahami bahwa selalu ada mereka yang menyertakan doa di setiap langkahku.
Mungkin aku hanya butuh memikirkan ini. Tapi aku pikir tak perlu waktu lama untuk memahami maksud ini.
Terlalu banyak hal yang seharusnya dipikirkan. Terlalu banyak masalah yang perlu diselesaikan. Terlalu banyak maksud yang seharusnya disampaikan. Terlalu banyak makna yang perlu diartikan. Terlalu banyak hal hingga akhirnya terlalu banyak hal yang terlewatkan.
Sudah biasa.
Yah, beginilah aku dan hidupku. Dan selalu begitu. Entah mengapa.
Mereka bilang aku perlu perubahan. Tapi aku katakan, ini bukan tentang perubahan, melainkan situasi yang memaksaku seperti ini.
Mereka bilang aku perlu perubahan. Tapi aku katakan, output selalu berbanding lurus dengan input.
Cepat atau lambat, mau atau tidak mau, tetap saja saat itu pasti datang, meski akan terkesan memaksakan.