Rabu, 10 Desember 2014

Sajak Kehidupan #2

Dan ketika kehidupan tak lagi miliki warna,
Hati tak lagi merasa,
Otak tak lagi berpikir,
Dan lisan tak lagi bicara,
Lalu, mau bagaimana lagi?

Perasaan yang telah terpendam sekian lamanya,
Amarah yang tersimpan dalam luka terdalam,
Senyuman yang tak lagi semanis dulu,
Mata yang tak memberi binar cahaya kehidupan,
Telinga yang serta merta acuh dengan krisan,
Lalu, mau bagaimana lagi?

Proses panjang, perjalanan kehidupan, seperti menjadi misteri yang tak berkesudahan.
Masa depan seolah memunculkan pertanyaan.
Kaki melangkah seakan menorehkan ragu.

Memang benar, dunia ini fana.
Tak ada satu manusia pun yang dapat dipercaya.
Setiap kata yang keluar dari lisannya hanyalah dusta.

Memang benar, dunia ini adalah panggung sandiwara.
Setiap manusia berkepentingan untuk mencapai kemakmuran dirinya, terlepas dari halal dan haram.
Membuat perhitungan dengan kuasa Tuhan untuk mencari penghidupan yang layak.
Mengukir kesombongan agar dianggap berharga.

Oh, Tuhan, mau bagaimana lagi?
Jika tak ada lagi manusia yang bisa dijadikan tumpuan dunia?
Jika tak satu manusia pun peduli dengan saudaranya.
Jika tak satu pun merangkul kekasihnya.

Oh, Tuhan, lalu, mau bagaimana lagi?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar