Selasa, 22 Desember 2015

Mama

Aku ingin seperti Mama,
menjadi perempuan serbabisa dengan segala keterbatasannya, mampu mengurus keluarganya dengan sangat baik, mengatur urusan rumah tangga dengan segala perhitungannya yang matang, dan melakukan banyak hal secara mandiri.

Aku ingin seperti Mama,
menjadi perempuan tangguh nan bermental baja, melaksanakan multiperan tanpa mengabaikan prioritasnya, mampu menyelesaikan banyak hal dan berani mengambil risiko, serta kuat bertahan di tengah setiap persoalan hidup yang menerpanya.

Aku ingin seperti Mama,
menjadi perempuan yang luar biasa sabar di tengah besar kecilnya ujian dalam setiap perjalanan hidupnya, menjadi perempuan yang tegar bagi suami dan anak-anaknya.

Aku ingin seperti Mama.

Aku sayang Mama karena Allah.

Selamat Hari Ibu, Mama... :)

Jumat, 04 Desember 2015

Taaruf #2

Sebagai calon istri, seorang perempuan itu hanya bisa menunggu,
menunggu calon suami terbaik pilihan Allah untuknya,
menunggu calon suaminya telah siap untuk menyandingnya kelak,
menunggu calon suaminya telah memantapkan hati memilihnya sebagai pendamping hidup,
menunggu calon suaminya berani menemui walinya untuk meminta ijin meminangnya.
Selama proses penantian itu, perempuan pun belajar memperbaiki diri untuk menjadi calon istri shalihah,
memantaskan diri dengan ilmu agama yang baik,
menyiapkan diri untuk mampu mengurus urusan rumah tangga, melayani suami dan anak-anaknya kelak.

Sebagai calon suami, seorang laki-laki itu harus gigih,
pandai memilih calon istri terbaik pilihan Allah untuknya,
gigih memperjuangkan calon istrinya di hadapan walinya,
gigih bekerja keras untuk menghidupi dan mengayomi istri dan anaknya kelak,
gigih memperbaiki diri untuk dapat memimpin dan membimbing keluarganya kelak di jalan Allah.

Semoga Allah senantiasa memberkati kalian (laki-laki dan perempuan) dan mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan. Aaamiiin.

Mati

Innalillahi wa innailaihi roji'un,
Sesungguhnya kita milik Allah dan kepada-Nyalah kita akan kembali.

Kematian,
Kita tidak pernah tahu kapan dan dimana kita akan menemui kematian.
Bisa jadi, ketika kita akan memulai aktivitas pagi ini, berpamitan pada orang tua, suami/istri, menyapa hangat tetangga dan kerabat, lalu dalam perjalanan ke sekolah atau ke kantor, entah sebab-musababnya Allah memanggil kita dengan cara yang tidak disangka-sangka, seperti kecelakaan, jantung berhenti mendadak, dan sebagainya.

Pertanyaannya,
Telah siapkah kita dengan bekal amalan yang akan kita bawa untuk menghadap-Nya?
Sudah cukupkah amalan baik kita selama hidup di dunia untuk mencapai surga-Nya?

Ya Allah,
Semoga kami, yang masih Engkau beri nikmat hidup ini, bisa terus berlomba-lomba dalam kebaikan, mengumpulkan amalan baik sebagai bekal di akhirat kelak.
Semoga kami menemui saat kematian itu dalam keadaan khusnul khotimah dan di tempat yang Engkau ridhoi.
Aaamiiin.