Jumat, 26 Oktober 2012

Share: Enam Cara Sederhana Kurangi Stres saat Bekerja

Oleh Nellie Akalp untuk GalTime.com

Bekerja dapat membuat Anda stres. Sederhana saja sebabnya. Telepon tidak berhenti berdering. Rekan kerja di seberang Anda tidak berhenti bicara. Ada banyak hal yang harus dilakukan, namun waktunya terbatas.

Para ahli menyarankan untuk mengawali dan mengakhiri hari Anda dengan merapikan tempat kerja. (Todd Warnock)Para ahli menyarankan untuk mengawali dan mengakhiri hari Anda dengan merapikan tempat kerja. (Todd Warnock)Meski stres dengan tingkat yang wajar bisa menjadi penyemangat yang baik, stres berat dapat memengaruhi produktivitas, belum lagi kesehatan emosional dan fisik Anda.

Anda tidak dapat mengatur segala hal di lingkungan kerja, namun ada beberapa hal sederhana yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesehatan Anda.

1. Fokus pada satu tugas

Jika Anda merasa seperti ditarik ke berbagai arah, mungkin memang itulah yang terjadi. Ketika Anda merasa sangat gelisah, fokuslah untuk menyelesaikan satu tugas terlebih dahulu. Tutup semua browser, situs internet dan semua aplikasi kecuali yang memang Anda perlukan.

Tutup email dan matikan nada dering telepon seluler. Berkonsentrasilah untuk menyelesaikan satu atau dua hal kemudian segarkan diri dan pulihkan energi Anda sambil membaca pesan yang mungkin terlewatkan.

2. Cari sinar matahari
Ketika bekerja di dalam ruangan kantor yang sama sepanjang hari, mudah untuk kehilangan sudut pandang dan email dari atasan atau berkas yang hilang dapat membuat seakan-akan saat itu adalah akhir dari dunia. Namun beberapa menit berada di luar ruangan dapat memberi Anda sudut pandang baru, membuat semua hal itu tidak seburuk kelihatannya.

Sinar matahari secara ilmiah telah terbukti dapat membuat Anda lebih bahagia. Tingkat serotonin (sejenis hormon yang memberi rasa nyaman) Anda dapat meningkat saat terkena cahaya yang terang, itu sebabnya mengapa suasana hati umumnya menjadi lebih baik saat musim panas. Saat bekerja, nikmati istirahat minum kopi atau makan siang di tempat yang terdapat sinar matahari. Atau, lakukanlah jalan-jalan singkat di luar ruangan jika rasa stres tiba-tiba muncul.

3. Bersihkan tempat kerja

Sulit untuk tidak merasa tertekan ketika meja Anda dipenuhi oleh berbagai kertas, berkas dan catatan-catatan bertumpuk serta yang sengaja ditempel untuk menarik perhatian Anda. Para ahli menyarankan untuk mengawali dan mengakhiri hari Anda dengan merapikan tempat kerja. Saya juga terkadang tidak melakukannya, namun saya mencoba untuk menjaga kebersihan.

4. ‘Go green’

Memelihara tanaman di kantor atau ruangan Anda dapat mengurangi stres, meningkatkan kesehatan Anda, dan bahkan menurunkan tekanan darah. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Washington State University menemukan bahwa para partisipan di dalam sebuah laboratorium komputer kampus yang memiliki tanaman dapat bereaksi lebih cepat, sedikit stres dan lebih bisa fokus dibandingkan dengan rekan mereka yang berada di ruangan yang tidak terdapat tanaman.

5. Nikmati teh hijau

Teh hijau (minuman yang dikonsumsi paling banyak kedua di dunia setelah air) memiliki banyak manfaat kesehatan, termasuk mengurangi stres. Sebuah penelitian besar di Jepang yang menghubungkan teh hijau dengan berkurangnya tingkat stres dipublikasikan di “American Journal of Clinical Nutrition”. Teh hijau mengandung asam amino L-tanin, yang membuat tenang dan menjaga daya konsentrasi Anda. Teh hijau mengandung kafein yang cukup dan lebih ramah terhadap tubuh dibandingkan kopi.

6. Berolahraga
Tidak peduli seberapa padatnya jadwal Anda, sisihkan waktu untuk berolahraga. Olahraga yang baik dapat membantu menghilangkan stres, menjaga rutinitas dan berpikir secara jernih. Aktivitas fisik membantu tubuh Anda menghasilkan lebih banyak endorfin (sejenis hormon yang memberi rasa bahagia), untuk menjaga suasana hati Anda tetap baik bahkan ketika hari-hari terasa sulit. Presiden Obama bahkan rutin melakukan latihan kebugaran, mengandalkan olahraga untuk memperkuat hidupnya.

Cara menyeimbangkan stres berbeda bagi setiap orang, kuncinya mengetahui apa yang cocok bagi Anda. Apa yang Anda lakukan untuk tetap tenang dan menjaga kewarasan di tempat kerja?

http://id.she.yahoo.com/6-cara-sederhana-kurangi-stres-saat-bekerja.html

Selasa, 16 Oktober 2012

Ikhlas, Berpikir Positif, dan Introspeksi Diri

Ada seorang teman bertanya tentang sebuah ketulusan, persahabatan, dan cinta.

Ketika melihat sahabat kita berbahagia, patutlah kita sebagai teman yang paling dekat dengannya turut merasakan bahagianya. Ketika sahabat bersedih, sepantasnya kita sebagai kerabatnya ikut menanggung perih. Tapi, ketika rasa empati yang seharusnya ada malah terjadi sebaliknya, bagaimana? Bagaimana kita menghapus rasa iri hati kepada orang lain ketika orang itu mendapat kesuksesan, padahal dalam hati tak ingin memiliki penyakit hati, tapi perasaan buruk itu selalu saja muncul? 
“Setiap anak Adam tidak luput dari kesalahan, dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah mereka yang bertaubat.” (HR Tirmidzi).

Aku tak akan membicarakan tentang indahnya memaafkan saat ini, tapi aku sekedar mencoba sedikit mengkaji tentang hadist tersebut dari sudut pandangku terkait kasus seorang teman tadi. Kawan, tak ada satu manusia pun yang sempurna di dunia ini. Jadi jangan pernah mengharapkan bahwa aku, engkau, atau siapa pun akan bersikap dan berkata selalu benar. Setiap harinya, di setiap jam, menit, bahkan detik, bisa jadi kita melakukan kesalahan, baik disadari maupun tidak. Berikut juga tentang rasamu. Melihat orang lain, apalagi saudara kita, ketika mendapatkan keberhasilan di atas kegagalan kita, tak dipungkiri ada sedikit/banyak rasa iri. Rasa iri pastilah ada. Wajar sebagai manusia. Tapi, apakah rasa iri harus terus-menerus kita biarkan dalam hati? Tidak. Mungkin awalnya berat menerima, tapi sekali lagi, berpikir positiflah. Mungkin kegagalan ini memang karena usaha kita yang belum memadai. Aku takkan mengatakan kegagalan adalah awal kesuksesan. Setiap kegagalan yang kita dapatkan, biarkan menjadi pelajaran saja, dan berpikir untuk memperbaikinya di masa mendatang. Sebagai manusia, kita hanya boleh iri dalam dua hal, yaitu pertama iri dalam hal ilmu yang bermanfaat dan kedua iri dalam hal harta yang dikeluarkan di jalan ALLAH. Istighfar. Kata-kata lazim yang seharusnya kita kretek setiap waktu dalam hati. Seberapa banyak kali kita menyebutnya tak berarti. Biarkan tak berbatas. Astaghfirullahal’adzim… lebih aman mengucapkannya berkali-kali. Mungkin ini salah satu cara menenangkan diri. Memang tak semua orang bisa melakukannya, tapi tak ada salahnya mencoba mendekatkan diri pada ALLAH dengan cara berucap dzikir-dzikir sederhana seperti ini.

Ketika seorang kerabat dalam keadaan futur sehingga diri menjadi kesal karenanya, apa yang harus kita lakukan untuk menghapusnya? Seperti pertanyaan sebelumnya hanya berbeda kondisi. Kehidupan manusia itu seperti roda yang selalu berotasi. Ada saatnya manusia berada di atas, dan ada saatnya manusia berada di bawah. Ada saatnya keimanan seseorang berada di puncaknya, ada saatnya di mana keimanannya melemah. Entah karena suatu hal. Mungkin saat ini dia sedang memiliki masalah, atau bisa jadi terpengaruh oleh lingkungan sehingga membuat perilakunya berubah. Intinya, tidak ada salahnya mencoba berbasa-basi, menanyakan masalah yang sedang dihadapi saat ini, atau jika tidak, biarkan dia dengan sikapnya saat ini hingga akhirnya kembali seperti sebelumnya. Tak ada yang mampu mengartikan isi hati manusia. Kadang lisan mengatakan baik-baik saja, belum tentu hati dalam keadaan baik. Biarkan dia tenang dengan pikirannya. Jika hati sudah terlanjur kesal dengan sikap futurnya, alangkah lebih baik jika kita menghindari pertemuan untuk sementara waktu. Jangan sampai suasana hati yang tidak baik menjadikan sikap kita menjadi tidak baik dan akhirnya menimbulkan permusuhan.

Lalu, tentang hasil belajar yang kadang tak lebih memuaskan daripada mereka yang hanya berusaha sekedarnya? Salahkah perasaan kesal terhadap mereka? Kawan, bukankah belajar juga merupakan salah satu bentuk ibadah kita kepada ALLAH? Bukankah kita belajar juga untuk mendapatkan ridho-Nya? Atau, apakah belajar kita semata-mata hanya untuk mengejar nilai yang takkan ada habisnya menjadi persoalan? Atau, bisa jadi, tanpa kita tau, mereka lebih keras berjuang daripada kita? Secara pribadi, saat ini, sebagai seorang penuntut ilmu, mungkin nilai adalah tujuan utama. Tapi, entah bagaimana caranya, aku berusaha untuk berpikir positif. Sekali lagi berpikir positiflah. Mungkin tak sekarang, tapi aku yakini bahwa apa yang telah kita tanam pasti akan kita panen hasilnya. Mungkin tak sekarang, mungkin besok, lusa, minggu depan, tahun depan, atau mungkin di akhirat nanti, entah kapan. Seberapa besar perjuangan kita, biarkan ALLAH saja yang menilai. Mungkin ini terlalu naïf. Tapi apa yang bisa kita perbuat dengan kenyataan seperti itu. Kita tak mungkin hanya kesal, pesimis, dan terdorong untuk berbuat curang seperti mereka, kan? Yang bisa kita lakukan hanya mencoba melakukan yang terbaik. Just it.

Jangan pernah menyerah dengan apa yang sudah kita alami selama ini, Kawan…

Hidupmu indah bila kau tau jalan mana yang benar… Harapan ada jika kau percaya…

Allahu'alam bish showab...