Ketika aku melihat keadaan di
sekitarku, kadang aku berpikir, untuk apa kita shalat jika hati selalu dengki
dengan apa yang diperoleh orang lain, untuk apa kita shalat jika hati selalu
panas dengan apa yang dimiliki oleh orang lain, untuk apa kita menghadap ke kehadirat-Nya
jika hati tak pernah menyatu dengan Hadir-Nya, untuk apa kita mendekat pada-Nya
jika pada kenyataannya kita malah menjauh dari-Nya, untuk apa kita berpuasa
jika diri kita tidak pernah sabar dengan keadaan kita yang apa adanya, untuk
apa kita berpuasa jika kita tak pernah bersyukur dengan nikmat yang telah
diberikan-Nya, untuk apa kita berpuasa jika hati kita tidak pernah ikhlas
dengan apa yang kita punya, untuk apa kita berpuasa jika kita tak dapat menahan
ego dan amarah kita saat orang lain tak sepaham dengan kita, untuk apa
menyerukan nama-Nya jika sebenarnya kita tak mengerti maknanya, untuk apa kita
mengaku Muslim jika iman kita tak teraba dalam hati kita, untuk apa mempelajari
agama-Nya jika pada kenyataannya kita tak pernah mengamalkan agama-Nya, untuk
apa menjadi keturunan para wali jika pada kenyataannya hidup kita tak pernah
dinaungi oleh Islam dan Iman yang mantap.
Bukankah mereka mengajak kita
shalat agar hati kita menjadi tenang dan damai, bukankah mereka mengajak kita
shalat agar kita selalu ingat bahwa segala yang di dunia adalah titipan
dari-Nya kepada yang berhak dititipkan oleh-Nya, bukankah kita menghadap-Nya
agar hati kita selalu dekat dengan-Nya dan berharap ada jalan lurus dari-Nya
untuk kita, bukankah mereka mengajak kita berpuasa agar kita dapat menahan diri
dari ego dan amarah yang tak seharusnya kita menurutinya, bukankah mereka
mengajak kita berpuasa agar kita dapat ikhlas dengan apa yang kita miliki dan
mensyukuri nikmat dari-Nya, bukankah mereka melahirkan kita menjadi Muslim
karena kita adalah penegak Iman dan Islam, bukankah mereka telah mengajarkan
kita agama-Nya agar kita mampu menjaga sikap dan lisan kita, bukankah mereka
melahirkan kita di tengah keluarga para wali agar kita dapat selalu istiqomah
di Jalan-Nya dan selalu mendapat Naungan-Nya.
Lantas apa yang membuat kita
melanggar itu semua? Lantas, dimana keimanan kita selama ini? Dimana keislaman
kita selama ini? Bilamana sikap dan lisan hingga akhir hayat kita tak pernah
dijaga? Apa jadinya Islam yang telah dibina sejak lahir? Apa guna agama yang
kita bawa jika watak kita yang keras ini tak berubah? Akankah kita menyadari
penyimpangan yang membuat hidup kita ini tak pernah tenang sepanjang waktu? Tak
bosankah kita menganggap diri kita selalu benar dan orang lain yang salah?
Pantaskah kita menyombongkan diri seperti saat ini?
Naudzubillah.
Semoga kita tertampar, tersentak, dan kembali
ke Jalan-Nya. Insya ALLAH.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar